RandomTalk: Pengalaman Operasi Sesar Dua Kali
by
Liamelqha
- Monday, February 17, 2020
Hai semuanya,
Welcome back to my blog!
Disclaimer: Tulisan ini nggak mungkin akan membosankan untuk beberapa orang, tapi semoga tetap bermanfaat.
Rencananya mau publish tulisan ini beberapa bulan sejak melahirkan anak kedua, tapi tertunda sampai satu tahun kemudian. Meskipun tulisan ini jadi setelah satu tahun lebih, pengalaman aku menjalani kehamilan dan melahirkan yang kedua kali ini aku catat di buku. Supaya aku nggak lupa juga. haha.
Jadi sekitar satu tahun lebih lalu, tepatnya 23 Januari 2019 aku melahirkan anak keduaku yang diberi nama Marshall Zakk Teo. Anak keduaku ini lahir sehat melalui proses operasi sesar karena kandunganku mengalami placenta previa. Kalau tidak mengalami placenta previa, aku bisa melahirkan secara normal juga, karena jarak kehamilan pertama dan keduaku cukup jauh dan jahitan sesar yang pertamaku pun sudah pulih dengan baik.
Puji syukur anak keduaku sehat dan tidak mengalami pengalaman hirschprung seperti abangnya. Karena aku pernah diberitahu oleh dokter yang menangani kasus anakku dulu, kalau hirschprung ini lebih banyak terjadi pada laki-laki dan ada KEMUNGKINAN bisa terjadi juga ke adik laki-lakinya (persentasenya lebih tinggi). Sempat frustasi ketika tau anak keduaku laki-laki juga, tapi dokter kandungan yang menanganiku memberikan dukungan agar aku jangan terlalu stres, jangan lupa berdoa dan ikuti semua petunjuk dan vitamin yang diberikan dari dokter. Tidak lupa juga menjaga asupan makanan. Aku pernah sharing tentang kehamilan keduaku tahun lalu sebelum aku melahirkan.
|
Baca juga: 1st Pregnancy vs 2nd Pregnancy
Kembali ke proses melahirkan, jadi aku sudah mengalami operasi sesar sebanyak dua kali. Rasanya sama nggak? Well, sebagian orang mengatakan kalau rasanya akan sama saja tapi sebagian orang mengatakan sesar kedua jauh lebih sakit. Aku nggak bisa mengiyakan atau menolak apa yang orang katakan, karena aku melahirkan di dua rumah sakit yang berbeda dan dokter yang menangani akupun berbeda.
Di proses melahirkan yang pertama, aku mengalami pembukaan 1 pada tanggal 27 Februari 2015 siang hari (pas jadwal aku kontrol mingguan) dan aku segera dirujuk dokter kandungan untuk masuk rumah sakit dan opname. Sore jam 4 atau 5 gitu, aku diinduksi katanya karena pembukaan lambat. saat dicek aku masih di pembukaan 2. Sampai jam 11 malam, aku baru di pembukaan 3 menuju 4. Aku merasa aku kurang mencari informasi tentang melahirkan, aku terlalu sibuk mencari informasi tentang kehamilan, sampai lupa mencari informasi tentang melahirkan dan ASI. Banyak yang bilang, aku terlalu cepat diinduksi karena masih pembukaan 2. Karena kurang informasi, makanya pas di rumah sakit aku manut ajah dan berpikir 'Dokter lebih tau mana yang baik'.
Akhirnya aku ga tahan dan melakukan operasi sesar tanggal 28 Februari dini hari (jam 12 an malam). Di ruangan operasi aku sampai gemetar saking dinginnya ruangan operasi itu, mungkin takut juga karena itu operasi pertama aku seumur hidup. Lalu, aku diberikan bius lokal epidural. Masalah terjadi, aku nggak di tes biusnya udah berfungsi apa belum. Jadi dokter kandunganku langsung menorehkan pisau bedah ke perut bagian bawahku DAN AKU MASIH BISA MERASAKAN SAKIT karena perutku disayat. Aku langsung bilang ke dokternya dan dokternya SAYAT SEKALI lagi, pengen bacok tapi tak berdaya. haha. Jadi akhirnya, aku tunjukin ke dokternya kalau aku masih bisa mengangkat kakiku. Setelah itu aku diinfokan kalau aku akan dibius total melalui infus. Nggak lama mataku terasa berat ga bisa dibuka tapi aku merasa seperti ada di dalam ruangan yang terbuat dari balon, jadi aku rasanya kebanting sana sini jadi pusing. Ga tau berapa lama akhirnya aku setengah sadar dan di pindahkan ke ruang rawat.
|
Keluar dari ruangan operasi perutku langsung dibungkus kencang dengan menggunakan korset yang sudah aku siapkan sebelum masuk ruangan operasi. Aku pulih dengan cukup baik tanpa ada rasa sakit yang berlebihan di bagian luka operasi. Yang sulit hanya ketika aku mau belajar berdiri sedikit terasa oyong, keringat dingin dan mau pingsan, mungkin karena aku ada vertigo dan sudah 2 hari kerjaannya baring mulu. Selebihnya aku masih bisa tahan dan bisa diatasi. Hari ke 3 mau pulang, dokter anak menyatakan anakku tidak boleh pulang dan aku minta sama suamiku pulang kalo bayi udah boleh pulang. Jadi kami nginap 1 malam lagi di rumah sakit dan masih ga jelas anakku kenapa. Jadi kami ngotot bawa pulang anakku dengan resiko yang harus kami tanggung sendiri jika anakku kenapa-kenapa.
Mungkin naluri keibuanku langsung keluar saat itu juga karena anakku sakit dan ingin berada di sampingnya. Aku amat sangat cepat pulih dan jalan kesana kemari, bolah balik rumah sakit. Padahal aku ditemani oleh seorang nanny untuk merawat aku dan bayiku. Tapi tetap aku tidak bisa menemani dia sampai Singapore. Kami berpisah sementara diusia dia 8 hari. Cerita lengkap tentang anakku ini ada di artikel Hirschprung disease
Berbeda dengan proses melahirkanku yang kedua. Aku sudah mencari informasi tentang, kehamilan, melahirkan dan ASI. Tapi aku nggak bisa melahirkan normal karena mengalami placenta previa tadi. Jadi aku masuk ruangan operasi lagi untuk kedua kalinya dengan terencana. Tapi, kali ini dokter kandungan dan dokter anastesinya super informatif aku diberikan pengarahan lagi meskipun sudah pernah operasi sebelumnya dan aku di tes dulu udah kebas setengah badan apa belum. Setelah mati rasa setengah badan, baru dokter kandungan mulai membedah perutku. Aku juga diberikan oksigen tambahan oleh tim operasinya, karena saat operasi itu aku sedang batuk pilek.
Dokter membedah perutku di bekas operasi sesar yang pertama, jadi aku nggak punya 2 bekas operasi. Operasi berjalan sangat lancar, selesai operasi aku langsung dipindahkan ke ruangan rawat. Bedanya, aku nggak langsung dipakaikan korset. Sekitar 2-3 jam kemudian aku baru diperbolehkan menggunakan korset. Lalu, setelah biusnya habis aku merasakan sakit yang teramat sakit di bagian luka operasi dan seluruh perutku. Seingatku operasi pertama dulu nggak begini sakitnya. Sampai 18 jam kemudian aku nggak tahan lagi dan minta pain killer tambahan sama susternya, tapi hanya bertahan sekitar 2 jam.
|
Ketika dokter visit aku langsung tanya kok sakit banget, katanya memang ada beberapa sakit yang nggak boleh dihilangkan, supaya rahim tetap berkontraksi dan mengecil dengan baik. Jadi ikutin ajah apa kata dokter sampai pulang meskipun masih tetap sakit. Rasanya itu perih di ujung luka sesarnya dan perutku rasanya begah dan berangin banget. Ketika mau belajar berdiri pun aku nggak bisa berdiri, karena oyong dan perutku masih sakit semua. Sampai temanku datang jenguk dan ngingetin "korset lu kurang kenceng kali, coba kita benerin ulang". Setelah dibenerin 2 jam kemudian aku udah bisa berdiri dan pipis ke toilet. Tapi, luka sesarku masih sakit.
Sakit di luka sesarnya ini cukup lama hilangnya. Mungkin mau sebulan lebih juga, tapi nggak ada yang salah. Karena ketika aku cek 2 minggu pasca operasi semua luka luar dan dalam terlihat bagus dan nggak ada masalah lain. So, aku tahan-tahan ajah deh sambil minum pain killer dari dokter dan pastinya tetap pakai korset. Karena korset ini sangat membantu menekan perutku jadi pas berdiri atau jalan perutku nggak sakit. Oh yah, setelah operasi ini aku nggak pake nanny. Aku nggak masak juga yah, karena aku dimasakin sama mamaku. Untuk mandiin bayi, aku juga meminta bantuan seorang bidan hanya untuk mandiin bayi. Selebihnya, aku ngurus bayi sendiri dan pompa ASI. Sepertinya aku sampai kelelahan, makanya setelah masa nifas selesai aku terlihat pucat dan berat badanku turun 3 kilo dari berat badan sebelum hamil. hahaha.
Jadi, menurutku pengalamanku sesar kedua ini agak lebih lama healingnya. Karena obat-obatan dan makanan yang aku makan setelah operasi pertama dan kedua itu kurang lebih sama, mungkin karena sebelumnya sudah pernah ada bekas luka yang kemudian dibedah lagi. Kalau dulu habis operasi ada nanny yang bantuin aku dan aku ga ngurus anakku karena dia rumah sakit, kalau sekarangkan ngurus sendiri. Bolak balik duduk-berdiri-baring, nyusui-pompa asi-nyuci peralatan pumping jadi cukup banyak pergerakan di sekitar bagian luka sesar. Selain itu KORSET ITU PENTING. Dari pengalamanku korset itu sangat penting, membantu kita untuk gampang bergerak.
Setahun berlalu sejak operasi kedua, ada hal lain ga yang aku rasakan? Pastinya ada, ntah kenapa makin kesini tulang-tulangku makin jompo. Terlebih lagi tulang punggung itu cepat pegel dan sakit, selain itu bagian yang dulu disuntikkan bius sering terasa ngilu. Kalau bekas luka sih nggak ada masalah, nggak ada terasa gatal juga dan bagian sekitar luka operasi pun masih terasa. Ada sebagian orang yang melakukan operasi sesar mengatakan, kalau area disekitar luka operasi sesar tersebut jadi mati rasa. Jadi, aku disarankan oleh dokterku untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung kalsium maupun vitamin kalsium untuk mencegah kekurangan kalsium yang berdampak pada tulang tubuh.
SOURCE: PEXELS.COM |
Jadi itulah pengalaman aku menjalani operasi sesar untuk kedua kalinya. Apakah ada yang merasakan hal yang sama? atau malah sebaliknya? sharing yuk!
Have a nice day!
Thank you for stopping by!
Thank you for reading!
XO
Liamelqha